السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ |
[ Postingan ini sengaja saya buat. Dengan maraknya rokok naik mungkin menjadi Rp. 50.000,-.
Semoga si Perokok dan Calonnya berhenti total. ]
Berapapun naiknya? Saya kira bukan rokoknya yang jadi masalah. Melainkan sosialisasi yang tidak ada, ada mungkin kurang sosialisasi. Entahlah. Banyak anak-anak sekarang ini yang berani merokok, entah itu didepan umum atau tidak. Siapa yang patut disalahkan akan hal ini?
I D O L A
Seseorang akan melihat orang yang disekelilingnya untuk ditiru apalagi anak-anak itu Peniru Terbaik. Siapa sih yang dimaksud idola dalam hal ini, ya banyak bisa jadi orang tua, teman atau bahkan keluarganya. Apalagi lingkungannya "mendukung" juga. Selesai perkara. Apabila merokok menjadi sebuah budaya atau hal biasa, gak ada lagi yang bisa disalahkan. Masalahnya orang yang merokok menganggap merokok itu hal yang biasa, hal yang keren mungkin dimata dia, itu terserah.
Malah berdalih itu gaya, tren masa kini. Gak gaul kalo gak merorok atau sekedar coba-coba. Namanya mencoba, produsen rokok tidak tinggal diam menggunakan kesempatan itu. Dengan brand-brand terbaru yang dikeluarkan. Dan sekarang ada lagi yang namanya rokok elektrik, banyak yang bilang dari teman saya sendiri, efeknya tidak sama seperti rokok pada umumnya, ya iyalah. Harga yang mahal, dan berbagai rasa yang ada dalam "tempat itu".
Tambah lagi tantangan bagi yang Anti Rokok untuk menghentikan si Perokok. Yupps. Kita tidak bisa cuman koar-koar menggalangkan stop rokok apabila masih ada satu saja yang masih mendukung. Tujuan pemerintah dilihat dulu, menaikkan harga untuk mengurangi atau menghilangkan Si Perokok. Sekalipun harga rokok menjadi Rp. 100.000,-, pastikan itu tidak menular ke harga yang lain, semisal bahan pokok dan lain sebagainya. Kalo menular, mungkin bisa dibilang gak ada gunanya menaikkan harga rokok. Sama aja bohong, harga rokok naik dan yang lain naik juga.
Itu akan membuat harga rokok yang tadinya bernilai besar, sama kecilnya dengan yang lain. Pastikan yang selain rokok tidak ikut naik. Kalo dah seperti itu dan tidak dilanjutkan dengan sosialisasi, banyak kok orang yang rela berkorban demi segumpal asap yang dikeluakan dengan begitu kerennya. Tetap saja kurang berarti.
Mungkin masih banyak ingat dengan peringatan rokok yang digambar ini.
Sekarang sudah diubah menjadi seperti ini.
Mau gimanapun peringatannya, jika orang dalam masih merokok, ya tetap saja Generasi Penerus Perokok akan tetap ada, mirisnya ada baru umur 10 tahun sudah merokok. Kalo pengen menghilangkan Generasi Perokok, ubah mindsetnya, lingkungan, cara kerja, modelnya, sosialisasi terus ada dan berkelanjutan, gak cuman sewaktu-waktu. Dan kalo masih ada model (Orang Tua) masih merokok, jangan berharap anaknya tidak akan merokok. Anak itu meniru, kehebatannya adalah meniru, dia bersembunyi terlebih dahulu baru mencoba. Banyak Orang Tua yang berfikiran, anaknya sendiri disuruh jangan merokok, sedangkan dirinya sendiri merokok.
Kalo merokok itu baik bagi si Orang Tua, kenapa gak diajarkan? Itupun kalo ada kasih sayang terhadap keluarga. Well, kalo kita sayang terhadap diri sendiri, berhenti merokok, syukur-syukur melarang orang untuk merokok. Kalo sudah candu gimana? Gimanapun caranya pasti ada cara untuk berhenti, tinggal perbaiki niat dan mindset. Jangan berfikiran merokok atau gak merokok sama-sama bakal mati, terserah, mau hidup lebih lama apa enggak. Cuman pilihan. Berhenti merokok dan lakukan hidup sehat. Ingat, jangan coba-coba!
| وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ