Saturday, August 27, 2016

Bacaan untuk Si Perokok

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ |
[ Postingan ini sengaja saya buat. Dengan maraknya rokok naik mungkin menjadi Rp. 50.000,-.
Semoga si Perokok dan Calonnya berhenti total. ]

Berapapun naiknya? Saya kira bukan rokoknya yang jadi masalah. Melainkan sosialisasi yang tidak ada, ada mungkin kurang sosialisasi. Entahlah. Banyak anak-anak sekarang ini yang berani merokok, entah itu didepan umum atau tidak. Siapa yang patut disalahkan akan hal ini? 

I D O L A 

Seseorang akan melihat orang yang disekelilingnya untuk ditiru apalagi anak-anak itu Peniru Terbaik. Siapa sih yang dimaksud idola dalam hal ini, ya banyak bisa jadi orang tua, teman atau bahkan keluarganya. Apalagi lingkungannya "mendukung" juga. Selesai perkara. Apabila merokok menjadi sebuah budaya atau hal biasa, gak ada lagi yang bisa disalahkan. Masalahnya orang yang merokok menganggap merokok itu hal yang biasa, hal yang keren mungkin dimata dia, itu terserah. 

Malah berdalih itu gaya, tren masa kini. Gak gaul kalo gak merorok atau sekedar coba-coba. Namanya mencoba, produsen rokok tidak tinggal diam menggunakan kesempatan itu. Dengan brand-brand terbaru yang dikeluarkan. Dan sekarang ada lagi yang namanya rokok elektrik, banyak yang bilang dari teman saya sendiri, efeknya tidak sama seperti rokok pada umumnya, ya iyalah. Harga yang mahal, dan berbagai rasa yang ada dalam "tempat itu". 

Tambah lagi tantangan bagi yang Anti Rokok untuk menghentikan si Perokok. Yupps. Kita tidak bisa cuman koar-koar menggalangkan stop rokok apabila masih ada satu saja yang masih mendukung. Tujuan pemerintah dilihat dulu, menaikkan harga untuk mengurangi atau menghilangkan Si Perokok. Sekalipun harga rokok menjadi Rp. 100.000,-, pastikan itu tidak menular ke harga yang lain, semisal bahan pokok dan lain sebagainya. Kalo menular, mungkin bisa dibilang gak ada gunanya menaikkan harga rokok. Sama aja bohong, harga rokok naik dan yang lain naik juga. 

Itu akan membuat harga rokok yang tadinya bernilai besar, sama kecilnya dengan yang lain. Pastikan yang selain rokok tidak ikut naik. Kalo dah seperti itu dan tidak dilanjutkan dengan sosialisasi, banyak kok orang yang rela berkorban demi segumpal asap yang dikeluakan dengan begitu kerennya. Tetap saja kurang berarti. 

Mungkin masih banyak ingat dengan peringatan rokok yang digambar ini.


Sekarang sudah diubah menjadi seperti ini.


Mau gimanapun peringatannya, jika orang dalam masih merokok, ya tetap saja Generasi Penerus Perokok akan tetap ada, mirisnya ada baru umur 10 tahun sudah merokok.  Kalo pengen menghilangkan Generasi Perokok, ubah mindsetnya, lingkungan, cara kerja, modelnya, sosialisasi terus ada dan berkelanjutan, gak cuman sewaktu-waktu. Dan kalo masih ada model (Orang Tua) masih merokok, jangan berharap anaknya tidak akan merokok. Anak itu meniru, kehebatannya adalah meniru, dia bersembunyi terlebih dahulu baru mencoba. Banyak Orang Tua yang berfikiran, anaknya sendiri disuruh jangan merokok, sedangkan dirinya sendiri merokok. 

Kalo merokok itu baik bagi si Orang Tua, kenapa gak diajarkan? Itupun kalo ada kasih sayang terhadap keluarga. Well, kalo kita sayang terhadap diri sendiri, berhenti merokok, syukur-syukur melarang orang untuk merokok. Kalo sudah candu gimana? Gimanapun caranya pasti ada cara untuk berhenti, tinggal perbaiki niat dan mindset. Jangan berfikiran merokok atau gak merokok sama-sama bakal mati, terserah, mau hidup lebih lama apa enggak. Cuman pilihan. Berhenti merokok dan lakukan hidup sehat. Ingat, jangan coba-coba!
| وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ

Bekerja atau "Cari Kerja"?!

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ |

Well, pembahasan kali mengenai pekerjaan. Apapun pekerjaannya, terutama bagi yang udah lama merasakan gimana capeknya bekerja, cari uang, saya sendiri udah (usai sekolah), yang baru juga boleh baca.

Ada masanya saat bekerja, kita bosan terhadap suasana, teman dan lingkungan itu sendiri dan merasa ingin keluar dari zona tidak nyaman yang ada. Mungkin bagi beberapa orang gak masalah, apalagi yang udah punya skill maupun status yang mana memudahkan untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka bisa keliling atau cuman liat suasana yang ada, kerja kemudian keluar kalo udah gak nyaman. Sah-sah saja berlaku demikian, selama gak merugikan, gak masalah. 

Masuk dalam dunia kerja itu, banyak resikonya, kita gak punya banyak waktu, tenaga terkuras, tapi tergantikan dengan uang tiap bulan yang dibayarkan. Dan ada masanya dalam kerja kita merasa cuman "Cari Kerja" yang penting sudah dapat, selesai. Mau kerja kita sembarang selama gak dilihat atasan, ya gak masalah! Cuman untuk dosa tanggung sendiri. Lain lagi dengan orang yang benar-benar niat bekerja, mereka akan serius melakukannya (gak sekedar dapat uang) dan mengabdi dengan baik pada tempat kerjanya. Sewaktu-waktu ada problem dalam kerjanya, balik lagi ke niat yang pertama, ikhlas.

Niat yang diutamakan dalam bekerja. 

Kita harus mampu memberikan services sesuai yang diinginkan, dan jangan berharap dapat 'nilai tinggi' kalo skill rendah. Bagi saya sendiri, tidak akan memangku suatu pekerjaan atau mengajukan diri kalo sekiranya tidak mampu. 

Gimana kalo  uangnya menggiurkan?! 

Ya, kali uang banyak tapi setelah itu services kita diomelin habis-habisan. Berani berbuat berani bertanggung jawab. Kita harus mencerminkan pekerja yang baik untuk itu harus cermat menerima pekerjaan. Kalo kita tidak bisa, katakan tidak bisa. Kalo dipaksa, lakukan saja pekerjaan itu. Konsekuensinya terima sendiri. Kadang juga atasan berbicara, misal "Suka Tidak Suka, Mau Tidak Mau, ya Harus Mau", harus bisa belajar dan lakukan pekerjaan itu. Dan hasilnya diakhir cuman nihil doang. 

Kalo pekerjaan itu sesuai dengan skill, okelah kita bisa nerima. Gimana kalo gak, apakah kita harus belajar? Gak mungkin. Kita tidak bisa melakukan suatu pekerjaan, kalo tidak sesuai dengan skill kita sendiri, sekalipun kita mau belajar. "Ikan aja sampai kapanpun, gak bakal bisa manjat pohon". Keahlian ada dimasing-masing orang, kalo dipukul rata. Terima saja hasilnya, nihil atau gak ada gunanya. Kalo sudah begitu, seseorang itu bisa dibilang cuman "Cari Kerja" bukan disebut Bekerja dengan sebenarnya. Apalagi yang diincar cuman upah/gaji yang banyak. That's bad idea. 

Jika suatu saat kita pengen keluar, atau berada lingkungan kerja baru, yang kita inginkan. Carilah pekerjaan yang menyenangkan, bukan pekerjaan yang mendapatkan uang yang banyak. Itu sebagai dasar kita bekerja yang ikhlas dan dengan baik melakukannya.

Sekian tulisan hari ini, beri kritik dan saran, sampai jumpa. 
| وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ